HARIANMALANG.COM – Maraknya kalangan muda bunuh diri, menginisiasi Yayasan Mahargijono Schutzenberger meluncurkan program Malang Raya Sehat Jiwa.
Program Malang Raya Sehat Jiwa ini dibuka sekaligus memperingati Hari Kesehatan Mental Dunia, 10 Oktober.
Selain membuka program baru, Yayasan Mahargijono ini juga menyediakan layanan gratis penyuluhan, menerima jasa online counsling gratis, dan berbagai layanan gratis lainnya.
“Apalagi isu kesehatan mental akhir-akhir makin meningkat, khususnya setelah ditemukan banyaknya kasus gangguan kesehatan mental yang terjadi di kalangan muda,” ujar Ketua Yayasan Mahargijono Schutzenberger, Sofia Ambarini.
Baca Juga:
RUU Minerba, Pemberian Izin Mengelola Lahan Tambang Bukan untuk Pelaku UKM Asal Jakarta
Jokowi Sempat Negosiasi Menolak untuk Berikan Sambutan di Puncak Peringatan HUT ke-17 Gerindra
Diusulkan Pertama Kali oleh PWI Jatim, Margono Djojohadikusumo Layak Dapat Gelar Pahlawan Nasional
Menurutnya, program ini diluncurkan awal 2024 lalu dengan membuka layanan hotline pencegahan bunuh diri, crisis centre model yang pertama di Indonesia.
“Biasanya hotline hanya konseling online, namun kami ada team quick response-nya,” kata Sofia.
Malang Raya Sehat Jiwa juga bekerja sama dengan berbagai rekanan seperti HIPMI, AIESEC dan M HEALTH, untuk menyediakan solusi-solusi berkelanjutan.
Tepat Hari Kesehatan Mental Dunia, Kamis, 10 Oktober kemarin, Yayasan Mahargijono Schutzenberger melalui program Mental Health Awareness berupaya mengadvokasi kesadaran kesehatan mental.
Baca Juga:
Gen Z Mendominasi jadi Kalangan Paling Puas dengan Kinerja Prabowo Subianto Versi Survei Indikator
Gara-gara Soal Pajangan Mobil F1, Momen Pecah Tawa Prabowo Subianto dan Anwar Ibrahim
“Kami juga memberikan pertolongan pertama, seperti online sharing / counselling, penyuluhan, penyediaan healing house,” terangnya.
Bahkan pihaknya memberikan pelatihan pada relawan Mental Health dari berbagai komunitas, termasuk komunitas disabilitas.
Saat ini gangguan kesehatan mental dapat terjadi pada siapa pun, terutama orang yang sulit beradaptasi dengan perubahan.
Walau tidak mengakibatkan kematian secara langsung, gangguan kesehatan mental bisa menyebabkan penderitaan berkepanjangan. “Terutama bagi penderita, keluarga dan orang-orang di sekitarnya,” tuturnya.
Baca Juga:
Gandeng Pemerintah Swiss, BNPB Lakukan Penguatan Soal Peringatan Dini Banjir Lahar di Gunung Semeru
Seperti diketahui, Hari kesehatan mental diperingati pertama kalinya pada 10 Oktober 1992 oleh WHO (World Health Organization).
Peringatan ini untuk mengingatkan kepada masyarakat internasional tentang pentingnya meningkatkan kepedulian pada kesehatan mental.***